Pengertian, Model & Tujuan Komunikasi Politik
Komunikasi politik adalah salah satu bentuk komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dan negara. Dalam prakteknya, komunikasi politik memiliki berbagai macam definisi dan pengertian yang berbeda-beda, tergantung pada konteks dan perspektif yang digunakan. Secara umum, komunikasi politik dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran informasi, gagasan, sikap, dan tindakan antara aktor atau pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas politik.
Model komunikasi politik sendiri merupakan gambaran atau bentuk visual dari alur komunikasi dalam dunia politik. Tujuan dari penggunaan model ini adalah untuk memudahkan pemahaman dan analisa mengenai kegiatan politik dalam suatu negara. Ada banyak model komunikasi politik yang digunakan diantaranya adalah model Schramm-Westley, model Easton, dan model Lazarsfeld-Berelson-Gaudet. Model tersebut diimplementasikan dalam berbagai aspek seperti kampanye politik, pemilihan umum, korporasi politik, dan berbagai aspek yang terkait dengan dunia polirik.
Secara khusus, ada beberapa pengertian tentang komunikasi politik, diantaranya adalah:
1. Menurut Westley dan MacLean, komunikasi politik adalah suatu proses ketika seseorang atau sekelompok orang mengirimkan pesan politik kepada sekelompok orang lainnya melalui media massa atau media komunikasi lainnya.
2. Menurut Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, komunikasi politik adalah suatu kegiatan yang bersifat persuasif dimana seseorang atau kelompok orang berusaha mengkomunikasikan ide atau kepentingan politiknya kepada target audiens atau khalayak melalui media massa dan media atmospirik lainnya.
3. Menurut J.G Blummer, komunikasi politik adalah suatu bentuk komunikasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan politik tertentu, seperti pemenangan dalam pemilihan umum, peningkatan dukungan publik, atau penguatan legitimasi dari pihak yang berwenang.
Model komunikasi politik sendiri merupakan gambaran atau bentuk visual dari alur komunikasi dalam dunia politik. Ada tiga model komunikasi politik yang sering digunakan yaitu model Schramm-Westley, model Easton, dan model Lazarsfeld-Berelson-Gaudet.
Model Schramm-Westley pada dasarnya menunjukkan bagaimana informasi politik dapat mempengaruhi persepsi dan tindakan seseorang. Dalam hal ini, komunikasi politik terjadi ketika seseorang atau kelompok orang mengirimkan pesan atau informasi politik kepada khalayak melalui media massa. Target audiens atau khalayak kemudian akan memperoleh atau menangkap informasi tersebut dan memprosesnya sesuai dengan sudut pandang atau perspektif masing-masing. Pada akhirnya, informasi tersebut akan mempengaruhi perilaku atau tindakan khalayak terhadap suatu isu politik tertentu.
Model Easton, pada prinsipnya menunjukkan bahwa komunikasi di dalam dunia politik terjadi sebagai suatu proses yang berkelanjutan, yang melibatkan enam elemen utama yaitu input, feedback, transformasi, output, effek, dan adaptasi. Input merupakan semua informasi yang masuk ke dalam sistem politik, seperti informasi pemilih, masukan dari kelompok kepentingan tertentu, dan berbagai macam informasi lainnya. Feedback merupakan bagian dari input yang muncul sebagai hasil dari respon yang diberikan oleh kelompok-kelompok tertentu terhadap aktivitas politik atau kebijakan yang dilakukan. Transformasi merupakan tahap dimana informasi input dirubah atau diproses menjadi output yang dapat diterima oleh khalayak dalam bentuk yang mudah dimengerti. Output merupakan hasil dari proses transformasi yang ditujukan untuk mempengaruhi penerimaan khalayak terhadap suatu isu politik. Efek menunjukkan bagaimana penerimaan khalayak terhadap suatu isu politik dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan mereka. Sementara, adaptasi terjadi ketika sistem politik merespon masukan dan respon dari khalayak dan melakukan pembaruan atau penyesuaian kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Model Lazarsfeld-Berelson-Gaudet menekankan pada peran media massa dalam proses komunikasi politik. Model tersebut menunjukkan bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk opini dan persepsi khalayak terhadap isu politik tertentu. Dalam hal ini, media massa tidak hanya sebagai sumber informasi, tetapi juga sebagai pengontrol suasana hati dan pandangan publik terhadap suatu isu politik. Oleh karena itu, para pelaku politik seringkali menggunakan media massa sebagai media untuk menyampaikan pesan politik mereka dalam upaya mempengaruhi persepsi dan tindakan khalayak.
Tujuan dari komunikasi politik dapat bervariasi tergantung pada konteks dan situasi tertentu. Namun secara umum, tujuan dari komunikasi politik adalah sebagai berikut:
1. Mempengaruhi persepsi dan tindakan khalayak terhadap suatu isu politik tertentu.
2. Memperoleh dukungan dan legitimasi dari masyarakat atas kebijakan atau tindakan politik yang dilakukan.
3. Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam proses politik, seperti pemilihan umum atau referendum.
4. Meningkatkan kesadaran politik masyarakat dan melestarikan nilai-nilai demokrasi.
5. Memperkuat hubungan antara pemerintah atau partai politik dengan khalayak dan kelompok kepentingan tertentu.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, pelaku politik sering menggunakan berbagai strategi atau teknik komunikasi politik, seperti kampanye politik, speech, debat politik, pemilihan umum, diskusi publik, dan berbagai aspek yang terkait dengan media sosial. Semua hal tersebut dilakukan demi meraih kesuksesan dalam mempengaruhi persepsi publik dan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat.
Secara keseluruhan, komunikasi politik merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dan negara. Penggunaan model komunikasi politik dan strategi komunikasi yang tepat dapat membantu pelaku politik mencapai tujuan atau target yang mereka inginkan, serta meningkatkan kesadaran politik masyarakat dan melestarikan nilai-nilai demokrasi secara umum. Sebagai adaption technology, saat ini manusia menghadapi pandemi Covid-19 dan keberadaan AI dalam berbagai bidang termasuk pendukung dalam komunikasi politik.
Pengertian, Model & Tujuan Komunikasi Politik
Tujuan Komunikasi Politik – Komunikasi politik merupakan komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik atau yang berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan dan juga kebijakan mengenai pemerintah. Maka komunikasi politik bukan hal yang baru, tetapi komunikasi politik juga bisa kita pahami sebagai suatu komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Berikut pengertian komunikasi politik dari beberapa tokoh:
- Gabriel Almond juga berpendapat bahwa komunikasi politik merupakan salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem di politik.
- Subakti berpendapat bahwa komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.
- Cangara berpendapat bahwa komunikasi politik merupakan satu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik mempunyai akibat politik atau berpengaruh terhadap perilaku politik.
- Menurut Nimmo komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik.
- Sedangkan McNair berpendapat bahwa komunikasi politik bukan hanya sebagai komunikasi dari aktor-aktor politik kepada pemilih dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi juga komunikasi yang ditujukan kepada para politisi oleh pemilih dan kolumnis surat kabar, serta komunikasi tentang aktor-aktor politik dan aktivitas mereka, sebagaimana terdapat pada berita, editorial, dan bentuk diskusi politik media lainnya.
Unsur-Unsur Komunikasi Politik
Komunikasi politik juga terdiri dari berbagai unsur, yaitu:
1. Komunikator Politik
Komunikator politik adalah bagi mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna mengenai politik. Misalnya Presiden, Menteri, anggota DPR, politisi dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi jalannya suatu pemerintahan.
2. Pesan Politik
Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan, baik itu secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi maupun secara terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang berisi politik. Misalnya seperti pidato politik, pernyataan politik, buku, brosur dan berita surat kabar mengenai politik dan lainnya.
3. Saluran atau Media Politik
Saluran atau media politik adalah alat atau sebuah sarana yang bisa digunakan oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya seperti media cetak, media elektronik, media online, sosialisasi, komunikasi kelompok yang dilakukan partai, organisasi masyarakat, dan sebagainya.
4. Sarana atau Target Politik
Sarana adalah anggota masyarakat yang dapat memberikan dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat dalam Pemilihan Umum. Seperti pengusaha, pegawai negeri, buruh, pemuda, perempuan, mahasiswa dan semacamnya.
5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik
Efek dari komunikasi politik yang diharapkan adalah untuk terciptanya pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, keaktifan masyarakat dalam partisipasi politik, yang mana nantinya akan berdampak pada pemberian suara dalam Pemilihan Umum.
Pendekatan Komunikasi Politik
Terdapat beberapa pendekatan dari komunikasi politik, yaitu:
1. Pendekatan proses
Pendekatan ini merupakan bahwa seluruh yang ada di dunia merupakan hasil atau suatu proses. Spengler berpendapat bahwa kunci sejarah adalah hukum masyarakat dan peradaban yang juga timbul dan tenggelam dalam siklus yang berulang.
Arnold Joseph Toynbee yang merupakan sejarawan Inggris berpendapat bahwa realitas sosial merupakan suatu siklus yang mempunyai pola-pola ulangan untuk jatuh bangunnya peradaban. Pendekatan ini bisa dilakukan untuk memahami dalam sosialisasi politik dan juga kebijakan publik.
2. Pendekatan Agenda Setting
Pendekatan yang kedua ini dikembangkan oleh Maxell C. Mccombs yang merupakan seorang profesor peneliti surat kabar dan juga sebagai direktur pusat penelitian komunikasi Universitas Syracuse USA, dan Donald L. Shaw, yang merupakan seorang profesor jurnalistik dari universitas North Carolina.
Pendekatan agenda setting dimulai dengan asumsi media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkan. Seleksi ini dilakukan oleh mereka yang disebut sebagai gatekeeper, yaitu mereka para wartawan, pimpinan redaksi, dan penyunting gambar. Dari gatekeeper inilah yang menentukan berita apa yang harus dimuat dan apa yang harus disembunyikan.
Model Komunikasi Politik
Berikut penjelasan model-model dari komunikasi politik, yaitu:
1. Model Aristoteles Sunting
Model Aristoteles merupakan suatu model yang paling klasik dalam lingkup ilmu komunikasi. Aristoteles hidup pada saat komunikasi retorika sangat berkembang di Yunani. Perkembangan keterampilan orang membuat pidato pembelaan di muka pengadilan dan rapat umum yang dihadiri oleh rakyat.
Model seperti ini berorientasi pada pidato, terutama pidato untuk mempengaruhi orang lain. Sehingga model seperti ini bisa disebut juga sebagai model retorikal atau model retoris yang kini dikenal sebagai komunikasi publik. Model komunikasi ini juga memiliki tiga bagian dasar dari komunikasi, yaitu pembicara atau speaker, pesan atau message, dan pendengar atau listener.
Proses komunikasi juga terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak dengan tujuan mengubah perilaku mereka. Bagi Aristoteles, inti dari komunikasi adalah persepsi dan juga pengaruh yang bisa dicapai oleh seseorang yang dipercaya oleh publik.
Menurut Aristoteles, persuasi bisa dicapai bagi siapa diri Anda atau etos-kepercayaan Anda, argumen Anda atau logos-logika dalam berpendapat, dan juga dengan memainkan emosi khalayak atau pathos-emosi khalayak. Dengan kata lain, faktor- faktor yang menentukan efek persuasif suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampaiannya.
Aristoteles juga menyadari bahwa peran dari khalayak pendengar. Persuasi berlangsung melalui khalayak ketika mereka diarahkan oleh pidato ke dalam suatu keadaan emosi. Akan tetapi kelemahan dari model ini yang pertama adalah komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis, terfokus pada komunikasi yang bertujuan atau disengaja terjadi ketika seseorang membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.
Model ini juga tidak memperhitungkan komunikasi non-verbal dalam mempengaruhi orang lain. Walaupun demikian, model ini menginspirasi para ilmuwan untuk mengembangkan model komunikasi modern. Contohnya di indonesia ketika tim sukses dari pasangan capres dan cawapres mengkampanyekan calon serta visi dan misinya sebagai pemimpin kepada rakyat. Semua itu merupakan bentuk retorika dalam dunia politik.
2. Model Harold Lasswell Hunting
Model komunikasi ini berupa ungkapan verbal. Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu:
- Pengawasan lingkungan
- Korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan
- Transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi yang berikutnya.
Menurut Lasswell tiga kelompok spesialis yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi ini. Misalnya, pemimpin politik dan diplomat termasuk kedalam kelompok pengawas lingkungan. Lasswell juga memandang bahwa suatu proses komunikasi selalu mempunyai efek atau pengaruh. Sehingga, model Lasswell menstimulasi riset komunikasi di bidang komunikasi politik. Model ini juga menunjukkan bahwa pihak komunikator pasti mempunyai keinginan untuk mempengaruhi pihak penerima.
Maka, komunikasi dipandang sebagai upaya persuasi. Upaya penyampaian pesan akan menghasilkan akibat baik positif atau negatif. Menurut Lasswell hal seperti ini hanya ditentukan oleh bentuk dan cara penyampaiannya. Tidak semua komunikasi bersifat dua arah, dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik yang terjadi antar pengirim dan penerima.
Dalam masyarakat banyak informasi yang disaring oleh pengendali pesan, yang menerima informasi dan menyampaikan kepada publik dengan beberapa perubahan atau penyimpangan. Fungsi penting dari komunikasi adalah menyediakan informasi mengenai negara-negara kuat lainnya yang ada di dunia.
Penting bagi suatu masyarakat untuk menemukan dan mengendalikan faktor- faktor yang mengganggu komunikasi yang efisien. Kelemahan dari model Lasswell ini adalah tidak menggambarkan unsur feedback atau umpan balik sehingga proses komunikasi yang dijelaskan bersifat linier atau searah.
3. Model Gudykunst dan juga Kim Sunting
Model ini pada dasarnya merupakan model komunikasi antar budaya, yaitu komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya berlainan atau komunikasi dengan orang asing. Meskipun pada dasarnya model seperti ini juga tetap berlaku pada setiap orang, karena pada dasarnya tidak ada dua orang yang mempunyai latar budaya, sosiobudaya dan juga psikobudaya yang sama.
Asumsi dari model ini adalah dua orang sejajar dalam berkomunikasi masing-masing dari mereka berperan sebagai pengirim sekaligus sebagai penerima atau keduanya sebagai penyandian (encoding) dan penyandian balik (decoding). Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa pesan dari seseorang merupakan umpan balik untuk yang lainnya.
Faktor-faktor tersebut adalah filter yang membatasi prediksi yang kita buat mengenai bagaimana orang lain mungkin menanggapi perilaku komunikasi kita, sehingga mempengaruhi cara kita menyandi pesan. Filter seperti ini membatasi rangsangan apa yang akan kita perhatikan dan bagaimana kita perhatikan dan bagaimana kita menafsirkan rangsangan tersebut.
Faktor budaya menjelaskan kemiripan dan juga perbedaan pada budaya, agama, bahasa, individualistik, kolektivitas, yang mempengaruhi nilai dan norma dalam berkomunikasi. Pengaruh sosio-budaya menyangkut proses penataan sosial, yaitu keanggotaan dalam kelompok, konsep diri, peran dan definisi tentang hubungan antar pribadi. Faktor psikobudaya menyangkut tentang penataan pribadi seperti stereotip dan sikap terhadap kelompok orang lain.
Lingkungan berpengaruh, dilihat dari segi lokasi geografis, iklim, situasi, arsitektural, dan juga persepsi kita atas lingkungan tersebut. Pengaruh dari budaya, sosio budaya, dan psikobudaya berfungsi sebagai filter konseptual untuk menyampaikan maupun meyandi balik pesan. Pengaruh budaya dalam model ini meliputi faktor-faktor yang menjelaskan kemiripan dan perbedaan budaya, misalnya pandangan dunia (agama), bahasa, sikap terhadap manusia dan lainnya.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi nilai, norma, dan aturan dalam perilaku komunikasi kita. Salah satu unsur yang melengkapi model Gudykunst dan Kim adalah lingkungan. Lingkungan mempengaruhi kita dalam menyandi balik pesan. Oleh karena itu, antara dua orang komunikator mungkin mempunyai persepsi dan orientasi yang berbeda terhadap lingkungan, mereka mungkin menafsirkan perilaku dengan cara yang berbeda dalam situasi yang sama.
4. Model Interaksional Sunting
Model ini memiliki karakter kualitatif, non sistemik dan nonlinier. Komunikasi digambarkan sebagai pembentukan makna atau penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri (self), diri yang lain (other), dan tindakan.
Menurut model interaksi simbolik, orang-orang sebagai peserta komunikasi bersifat aktif, reflektif dan kreatif, dan juga menampilkan perilaku yang sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif, dalam konteks ini Blumer mengemukakan tiga premis yang menjadi dasar model Interaksional.
- Manusia bertindak mengenai makna yang diberikan individu terhadap lingkungan sosialnya.
- Makna berhubungan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya.
- Makna diciptakan, dipertahankan, dan diubah melalui proses penafsiran dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif dalam proses komunikasi. Konsep penting yang digunakan adalah diri, diri yang lain, symbol, makna, penafsiran, dan tindakan.
Model interaksional orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, melalui pengambilan peran orang lain. Diri berkembang melalui interaksi dengan orang lain, keluarga, tahap permainan hingga lingkungan luas dalam suatu tahap yang disebut tahap pertandingan atau game stage.
Dimana individu selalu melihat dirinya melalui perspektif (peran orang lain), sehingga konsep diri tumbuh berdasarkan bagaimana orang lain memandang diri individu tersebut. Model Interaksional menempatkan diri komunikator dalam posisi sejajar dengan komunikator lain sehingga terjadi interplay yang demokratis dalam kuadran komunikasi saling memberi dan menerima. Komunikator biasanya tidak enggan untuk bertemu banyak orang, mendengar dan membangun kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan orang atau kekuatan politik yang pernah berseberangan dengannya.
5. Agenda Setting Sunting
Agenda-setting ini diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw pada tahun 1972. Asumsi dari teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yang dianggap penting oleh media, maka penting juga bagi masyarakat.
Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Media massa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Teori agenda setting menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa, dan bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya.
Menurut McCombs dan Donald Shaw audiens tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari arti penting yang diberikan pada suatu isu dari cara media massa memberikan penekanan pada topic tersebut.
Contohnya pada media massa terlihat menentukan mana topik yang penting dalam merefleksikan apa yang dikatakan para kandidat dalam suatu kampanye pemilu. Artinya media massa menetapkan “agenda” kampanye tersebut dan kemampuan untuk mempengaruhi kognitif individu. Jika calon pemilih telah menganggap penting suatu issu maka mereka akan memilih kandidat partai yang paling berkompeten dalam menangani isu tersebut. Dan menurut Funkhouser, media berita diyakini oleh banyak orang sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya, tetapi media berita tidak mesti demikian.
Proses Komunikasi Politik Sunting sama seperti proses komunikasi pada umumnya, yaitu komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia dengan alur dan juga komponen. Berikut alur-alur dalam komunikasi politik sunting, yaitu:
- Komunikator atau sender-pengirim pesan
- Encoding-proses penyusunan ide menjadi simbol atau pesan
- Message-pesan
- Media-saluran
- Decoding-proses pemecahan atau penerjemahan simbol-simbol
- Komunikan atau Receiver-penerima pesan
- Feedback-umpan balik, respon
Tujuan Komunikasi Politik
Berikut tujuan dari adanya komunikasi politik, yaitu:
1. Memunculkan dampak dari proses komunikasi politik
salah satu tujuan dari komunikasi politik adalah untuk memunculkan efek atau dampak dari proses adanya komunikasi politik yang dilakukan oleh komunikator terhadap komunikannya. Efek atau dampaknya diharapkan sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator.
2. Mempengaruhi khalayak
Komunikasi politik adalah aktivitas komunikasi verbal maupun nonverbal yang bermuatan politik, dalam bentuk memengaruhi atau memberi stimulus kepada orang lain untuk melakukan kegiatan politik.
Seperti halnya yang dijelaskan pada Komunikasi Pemerintah dan Efektivitas Kebijakan tahun 2009 oleh karya Eri Hariyanto, beberapa ahli menjabarkan tiga tujuan dari komunikasi politik, seperti:
a. Membangun citra politik
Komunikasi politik sering ditujukan dalam membangun citra baik atau positif di hadapan khalayak. Citra itu dibangun berdasarkan informasi yang diterima masyarakat melalui media politik maupun media massa.
b. Membentuk serta membina pendapat umum
Dalam komunikasi politik, pembentukan pendapat umum menjadi salah satu dimensi penting yang patut diperhatikan. Pembentukan ini bisa dilakukan lewat bantuan media politik, khususnya media massa.
c. Mendorong partisipasi politik
Partisipasi politik dimaksudkan agar publik turut serta dalam kegiatan politik. Sebagai contoh, masyarakat menggunakan hak suaranya dalam PEMILU yang diselenggarakan.
Jika membahas tentang komunikasi politik ada baiknya sobat android62 membaca buku sebagai referensi. Dan dapatkan bukunya yang tersedia di www.android62.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik!
- Komunikasi Politik: Pengertian, Distorsi, dan Modelnya
- Best Seller Buku Komunikasi (Bisnis, Politik, Visual, Organisasi)
- Daftar Buku Politik Best Seller 2023 di android62.com
- Teori Komunikasi Menurut Para Ahli
- Unsur Komunikasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya